Penggemar hewan kesayangan, menjaga
kesehatan pada hewan kesayangan adalah bagian wajib dari rasa sayang kita pada
hewan kesayangan kita. Sebetulnya menjaga kesehatan hewan kesayangan kita bukan
hanya untuk kesejahteraan hewan kesayangan kita atau wujud dari rasa sayang
kita pada hewan kesayangan kita namun juga terhadap kesehatan kita sendiri.
Mengapa? Karena hewan kesayangan kita juga menjadi sumber potensial penyebaran
penyakit terhadap sesama hewan kesayangan bahkan terlebih kepada kita pemilik
hewan kesayangan. Penyakit yang menular dari hewan kesayangan kita pada kita
disebut sebagai penyakit zoonosis atau lebih tepatnya anthropozoonosis. Ada
beberapa penyakit yang harus kita tahu dan wajib diwaspadai yang menyerang
hewan kesayangan kita dan dapat menular pada kita sebagai pemilik hewan
kesayangan.
Avian influenza. Dikenal juga sebagai flu burung, penyakit yang disebabkan
virus influenza dan dapat menular pada manusia serta bersifat fatal. Virusnya
sebetulnya berasal dari unggas air liar yang kemudian menular dan berubah sifat
pada unggas piaraan. Hingga saat ini tidak ada obat yang efektif untuk
mengatasi avian influenza sehingga langkah yang paling efektif adalah
biosekuriti alias melalui pencegahan. Pencegahan yang paling efektif adalah
menjaga kebersihan, karena virusnya mudah dibunuh dengan desinfektan.
Antraks. Suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Baccilus
anthracis. Pada manusia dapat ditemukan dalam 3 bentuk yaitu, kulit
(kutaneus), respirasi atau intestinal. Semua hewan peliharaan dan hewan liar
mempunyai risiko untuk terinfeksi. Serangan akut baik pada munsia atau hewan
bersifat fatal. Pada hewan yang dicurigai terserang antraks dilarang
membuka karkas atau bangkainya, bahkan untuk alasan pemeriksaan. Pada
manusia bentuk kutan bila tidak diobati akan mempunyai risiko kematian 5-20%
dan bentuk intestinal 25-75%. Antraks bentuk paru atau respirasi biasanya
fatal.
Leptospirosis. Suatu penyakit yang disebabkan bakteri bernama Leptospira.
Leptospira mempunyai lebih dari 170 serotipe. Sebagian besar hewan dapat
menjadi hospes termasuk hewan kesayangan kita. Namun demikian ada reservoar
utama, L. canicola pada anjing, L. hardjo pada sapi dan L.
ichterohemorhagiae pada tikus. Leptospira dikeluarkan melalui air seni yang
kemudian mencemari lingkungan terutama lingkunganair. Manusia tertular melalui
kontak langsung dengan hewan atau lingkungan yang tercemar dan leptospira masuk
ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet, luka atau selaput mukosa. Pada hewan
akan menyebabkan ikterus (kekuningan) ringan sampai berat dan anemia, hepar
membesar dan mudah rusak serta ginjal membengkak. Pada manusia terjadi
hepatomegali dengan degenerasi hepar serta nefritis. Anemia, ikhterus hemolitik
, meningitis dan pneumonia.
Rabies. Penyebab rabies adalah virus rabies (Rhabdoviridae).
Rabies terdapat di semua benua kecuali Australia dan Antartika. Sedangkan
beberapa negara yang bebas rabies saat ini adalah Kepulauan Britania. Swedia,
Selandia Baru, Jepang, Hawaii, Taiwan, Pulau pulau Pasifik dan beberapa negara
Hinda Barat. Virus ini menginfeksi semua hewan berdarah panas dan manusia. Pada
manusia gejala kahsnya adalah demam, perubahan tingkah laku, kecemasan, sulit
tidur, sakit kepala, gelisah, kontraksi spamodik dari otot yang membengkak,
sulit menelan (paralisis) kejang-kejang diikuti kelumpuhan (paralisis) dan
kematian. Pada hewan dapat terjadi tidak hanya anjing, kucing tapi juga pada
kelinci, marmut, hamster, kera, monyet dan lain-lain (semua hewan berdarah
panas). Pada hewan gejalanya terdiri dari 2 bentuk yaitu pasif dan aktif.
Keduanya dimulai dari tingkah laku yang abnormal, anoreksia diikuti agitasi dan
agresi pada anjing. Hipersalivasi diakibatkan karena tidak adanya refleks
menelan. Kejang, paralisis dan kematian. Bentuk pasif langsung paralisis,
hipersalivasi dan mati. Waspadai bahwa semua hewan kesayangan anda mempunyai
potensi menularkan rabies terutama pada daerah-daeah enzootik rabies dan belum
dilakukan vaksinasi anti rabies.
Toxoplasmosis. Penyebab toksoplasmosis adalah parasit golongan protozoa
yang bernama Toxoplasma gondii. Induk semang definitifnya adalah kucing,
artinya pada tubuh kucing Toxoplasma dapat berbiak secara kawin dan non kawin.
Dengan adanya perkawinan akan dihasilkan ooksita (suatu bentuk telur yang
sangat kecil). Untuk dapat menginfeksi pada kucing atau hewan lain atau
manusia, ookista harus mengalami sporulasi sehingga menjadi infekstif. Sumber
penularan lain selain ookista infekstif adalah bahan pangan yang terkontaminasi
ookista infektif serta daging atau telur yang mengandung tachizoid atau
bradizoit (bentuk lain Toxoplasma).
Scabiosis. Penyebab penyakit ini adalah Sarcoptes scabei
dengan penyakit yang sering disebut adalah kudisan. Penyakit ini seringkali
menyerang pada hewan yang tidak terawat atau kotor. Pada tubuh hewan parasit
ini akan masuk ke dalam lapisan kulit dan membuat semacam terowongan dan
berkembang biak. Semua hewan dapat terserang scabiosis (anjing, kucing,
kelinci, marmut, kambing, domba dan lain-lain). Penularan pada manusia,
perkembangan parasit biasanya tidak sempurna ( tidak terjadi perkembangbiakan)
dan kerusakan kulit yang parah. Lesi biasanya berupa ruam-ruam, gatal pada
kulit.
Brucellosis. Bruselosis adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan
demam yang berulang dan kronis pada manusia. Infeksi tersebut didapat melalui
kontak dengan hewan yang terinfeksi atau hasil susunya. Penyebab bruselosis
adalah Brucella abortus pada sapi, Brucella canis pada anjing, Brucella
melitensis dan Brucella ovis pada kambing dan domba, Brucella
suis pada babi. Penularan diantara hewan terjadi akibat perkawinan
alami, kontak dengan janin yang terinfeksi dan cairan-cairan kelahiran. Infeksi
pada manusia setelah minum susu yang tidak dipasteurisasi atau kontak langsung
dengan bahan-bahan yang terinfeksi (darah, urine, cairan kelahiran, selaput fetus,
cairan vagina). Pada manusia akan terjadi demam yang berfluktuasi, malaise,
lemah, lelah, kaku, berkeringat, sakit kepala, sakit opunggung, sakit
persendian, kehilangan berat badan dan gejala sistemik lainnya. Dapat juga
terjadi pembesaran limfa, hepar dan limpa, bahakn endokarditis. Gejala lainnya
termasuk depresi dapat disalahartikan sebagai neurosis dan dapat bertahan
selama beberapa bulan atau tahun dengan sering berulang.
Filariasis. Suatu infeksi cacing gelang melalui nyamuk. Agen penyebab
yang bersifat zoonosis adalah Brugei malay dan Dirofilaria immitis.
B. malay ditemukan di Malaya dan Filipina. D. immitis ditemukan
pada anjing di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan
Eropa. Infeksi pada manusia telah dilaporkan dari Amerika Serikat dan sebagian
kecil Kanada dan Australia. Reservoar B. malay adalah monyet dan kucing.
Pada anjing yang dikenal adalah Dirofilaria immitis atau cacing jantung.
Cacing ini dijumpai di bilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan
tidak menimbulkan gejala tetapi infeksi yang kronis akan menyebabkan jantung
tidak bekerja dengan baik disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia
dapat terjadi demam berulang. Limfadenopati, lemfangitis dan abses. Pembesaran
yang menyolok dari anggota gerak (elefentiasis) dan jarang terjadi hidrosel
yang berkembang setelah bertahun-tahun. Tanpa adanya screening yang baik
dan lalu lintas hewan kesayangan (import) yang sangat tinggi bukan tindak
mungkin di Indonesia juga ada infeksi D. immitis.
h ttp://triakoso.blog.unair.ac.id/2008/05/26/penyakit-zoonosis-pada-hewan-kesayangan/
Penyakit Mulut dan Kuku (Food
and Mouth Disease)
|
Etiologi
|
: Virus
|
Menyerang
|
: Ruminansia (sapi, kerbau,
babi, kambing dan domba)
|
Kerugian
|
: Menurunnya berat badan,
turunnya produksi susu
|
Di Indonesia
|
: Pada akhir abad 19 di Malang
|
Ciri-cirin
|
: Pembentukan lepuh, erosi
selaput lendir mulut, kaki
|
Pencegahan
|
: Vaksinasi
|
Masa Inkubas
|
: 1-14 hari
|
Penularan
|
: Kontak langsung dengan hewan,
ekresi dan sekresinya
|
Penyakit Ngorok
|
Etiologi
|
: Kuman Pasteurella
|
Menyerang
|
: Sapi, kerbau, babi
|
Kerugian
|
: Kematian tidak tinggi tetapi
penurunan berat badan
|
Di Indonesia
|
: Pada tahun 1984 di Tangerang
dan meluas kedaerah lain
|
Ciri-cirin
|
: gejala ngorok dan
bengkakrahang bawah dan leher bagian bawah
|
Pencegahan
|
: Vaksinasi
|
Masa Inkubas
|
: 1-2 hari
|
Penularan
|
: Kontak hewan sehat dengan
sakit melalui makanan, minuman dan barang tercecer
|
Penyakit Anhtrax (Radang Limpa)
|
Etiologi
|
: Bacillus Anthraxis
|
Menyerang
|
: Ternak/kuda, babi, kambing,
domba, manusia rentan terhadap penyakit Anthrax
|
Mortalitas
|
: Kematian, kehilangan daging
karena hewan harus dimusnahkan
|
Di Indonesia
|
: Tahun 1906
|
Pencegahan
|
: Pengobatan, apabila mati harus
dikuburkan dan dilarang melakukan + Autopsi karena akan menyebarkan
penyakit
|
|
|
Masa Inkubas
|
: 1-3 hari
|
Sifat Penyakit
|
: Zoonosis
|
Penyakit Kluron Menular
(Brucellosis)
|
Etiologi
|
: Kuman Brucella Abortus
|
Menyerang
|
: Sapi, kambing, babi serta
manusia
|
Mortalitas
|
: Kecil tetapi kerugian anak
yang dilahirkan mati dari gangguan alat reproduksi yang
|
|
: menyebabkan majir
|
Di Indonesia
|
: Tahun 1927 di Denpasar
|
Pencegahan
|
: Pengobatan dan Vaksinasi pada
sapi dara, sapi bunting dan jantan tidak perlu divaksinasi
|
Penularan
|
: Melalui saluran pencernaan,
saluran kelamin, selaput lendir, kulit yang luka
|
Sifat Penyakit
|
: Zoonosis
|
Penyakit Rabies
|
Etiologi
|
: Virus
|
Menyerang
|
: Anjing, kucing, kera,
kelelawar, manusia
|
Kerugian
|
: Kematian s/d 100%
|
Di Indonesia
|
: Beberapa propinsi di pulau
Jawa
|
Pencegahan
|
: Vaksinasi
|
Masa Inkubasi
|
: 4-7 hari
|
Penularan
|
: Gigitan hewan yang telah
terinfeksi rabies
|
Sifat penyakit
|
: Zoonosis
|
Penyakit Sapi Gila (Mad Cow)
|
Etiologi
|
: Prion (Proteinaceuous
infectious particles)
|
Menyerang
|
: Ruminansia sapi, kerbau, babi,
kambing dan domba
|
Kerugian
|
: Menurunnya berat badan,
turunnya produksi susu
|
Di Indonesia
|
: Bebas Th 1980 di Eropa
|
Ciri-ciri
|
: Ketakutan, ambruk, kehilangan
keseimbangan dan kordinasi, tremor
|
Pencegahan
|
: Pengawasan ketat pemasukan
daging, bahan makanan dan pakan ternak
|
Masa Inkubasi
|
: 2,5 /d 8 Th
|
Sifat penyakit
|
: Zoonosis
|
Unggas
|
Penyakit Tetelo (Newcastle disease)
|
Etiologi
|
: Virus
|
Menyerang
|
: Unggas
|
Mortalitas
|
: s/d 100%
|
Di Indonesia
|
: Pada tahun 1926
|
Pencegahan
|
: Vaksinasi
|
Masa Inkubasi
|
: 2-15 hari, rata-rata 6 hari
|
Penularan
|
: Melalui alat pernafasan, 1-2
hari setelah infeksi/alat-alat kandang, burung/ayam, angin,
|
|
makanan, debu kandang
|
Penyakit Pullorum
|
Etiologi
|
: Kuman Salmonella pullarom
|
Menyerang
|
: Ayam segala umur
|
Mortalitas
|
: Untuk anak ayam umur di bawah
2 minggu = 85%
|
Di Indonesia
|
: Tahun 1961
|
Pencegahan
|
: Sanitaksi dan tatalaksana
kandang dan sekitarnya yang bersih, pengobatan
|
Penularan
|
: Melalui alat pernafasan, 1-2
hari setelah infeksi/alat-alat kandang, burung/ayam, angin, makanan, debu
kandang
|
|
|
Penyakit Avian Influenza (Ai)
|
Etiologi
|
: Virus Type H5N1
|
Menyerang
|
: Unggas
|
Mortalitas
|
: s/d 100%
|
Di Indonesia
|
: Tahun 2002
|
Pencegahan
|
: Vaksinasi, Sanitasi dan
Tatalaksana kandang dan sekitarnya yang bersih,
|
Penularan
|
: Melalui alat pernafasan, 1-2
hari setelah infeksi/alat-alat kandang,burung/ayam, angin,
|
|
makanan, debu kandang, makanan
dan minuman yang tercemar oleh kuman lewat kotoran
|
Sifat Penyakit
|
: Zoonosis
|
Rinderpest (Sampar Sapi)
|
Etiologi
|
: Virus
|
Menyerang
|
: Ruminansia dan babi
|
Mortalitas
|
: s/d 100%
|
Di Indonesia
|
: Pada abad 19 dan dapat
diberantas
|
Cara Penularan
|
: Kontak langsung sapi/hewan
sakit dengan sapi yang lain via sekresa dan ekresa
|
Masa Inkubasi
|
: 1-2 hari
|
Angka Kematian
|
: 25-90% dimulai dengan diare
berat/berdarah
|
Pencegahan
|
: Dilarang memasukkan sapi sakit
kedaerah yang belum tertular dan stamping out
|
Tetanus
|
Etiologi
|
: Bakteri Clostiridium
|
Menyerang
|
: Kuda, babi dan domba, kejadian
pada orang kecelakaan dan infeksi karena luka terdapat
|
|
diseluruh dunia terutama di
negara-negara beriklim tropis
|
Mortalitas
|
: s/d 100%
|
Cara Penularan
|
: Infeksi pada luka yang
tercemar kuman Clostiridium
|
Masa Inkubasi
|
: 1 – 3 Minggu
|
Angka Kematian
|
: 25-90% dimulai dengan diare
berat/berdarah
|
Pencegahan
|
: Tetanus antitoksin, luka
dibersihkan, dicuci dengan H202 terus diberi antibiotik
|
Tuberculosis (TBC)
|
Etiologi
|
: Bakteri Mycobacterium
Tuberkulosis
|
Menyerang
|
: Mamalia dan bersifat zoonosis
(sapi perah) pada susu
|
Di Indonesia
|
: Tidak begitu menonjol dan
kerugian pada ternak, kehilangan berat badan dan pengafkiran
|
|
bagian-bagian daging yang
terserang
|
Cara Penularan
|
: Lewat pernafasan dan pencernaan
|
Pencegahan
|
: Vaksinasi BCG (Bacillus of
Calmette and Guerin)
|
|
http://www.bkppontianak.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81&Itemid=81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar