Minggu, 07 Oktober 2012

zoonosis animal to man

Penggemar hewan kesayangan, menjaga kesehatan pada hewan kesayangan adalah bagian wajib dari rasa sayang kita pada hewan kesayangan kita. Sebetulnya menjaga kesehatan hewan kesayangan kita bukan hanya untuk kesejahteraan hewan kesayangan kita atau wujud dari rasa sayang kita pada hewan kesayangan kita namun juga terhadap kesehatan kita sendiri. Mengapa? Karena hewan kesayangan kita juga menjadi sumber potensial penyebaran penyakit terhadap sesama hewan kesayangan bahkan terlebih kepada kita pemilik hewan kesayangan. Penyakit yang menular dari hewan kesayangan kita pada kita disebut sebagai penyakit zoonosis atau lebih tepatnya anthropozoonosis. Ada beberapa penyakit yang harus kita tahu dan wajib diwaspadai yang menyerang hewan kesayangan kita dan dapat menular pada kita sebagai pemilik hewan kesayangan.
Avian influenza. Dikenal juga sebagai flu burung, penyakit yang disebabkan virus influenza dan dapat menular pada manusia serta bersifat fatal. Virusnya sebetulnya berasal dari unggas air liar yang kemudian menular dan berubah sifat pada unggas piaraan. Hingga saat ini tidak ada obat yang efektif untuk mengatasi avian influenza sehingga langkah yang paling efektif adalah biosekuriti alias melalui pencegahan. Pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan, karena virusnya mudah dibunuh dengan desinfektan.
Antraks. Suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Baccilus anthracis. Pada manusia dapat ditemukan dalam 3 bentuk yaitu, kulit (kutaneus), respirasi atau intestinal. Semua hewan peliharaan dan hewan liar mempunyai risiko untuk terinfeksi. Serangan akut baik pada munsia atau hewan bersifat fatal. Pada hewan yang dicurigai terserang antraks dilarang membuka karkas atau bangkainya, bahkan untuk alasan pemeriksaan. Pada manusia bentuk kutan bila tidak diobati akan mempunyai risiko kematian 5-20% dan bentuk intestinal 25-75%. Antraks bentuk paru atau respirasi biasanya fatal.
Leptospirosis. Suatu penyakit yang disebabkan bakteri bernama Leptospira. Leptospira mempunyai lebih dari 170 serotipe. Sebagian besar hewan dapat menjadi hospes termasuk hewan kesayangan kita. Namun demikian ada reservoar utama, L. canicola pada anjing, L. hardjo pada sapi dan L. ichterohemorhagiae pada tikus. Leptospira dikeluarkan melalui air seni yang kemudian mencemari lingkungan terutama lingkunganair. Manusia tertular melalui kontak langsung dengan hewan atau lingkungan yang tercemar dan leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet, luka atau selaput mukosa. Pada hewan akan menyebabkan ikterus (kekuningan) ringan sampai berat dan anemia, hepar membesar dan mudah rusak serta ginjal membengkak. Pada manusia terjadi hepatomegali dengan degenerasi hepar serta nefritis. Anemia, ikhterus hemolitik , meningitis dan pneumonia.
Rabies. Penyebab rabies adalah virus rabies (Rhabdoviridae). Rabies terdapat di semua benua kecuali Australia dan Antartika. Sedangkan beberapa negara yang bebas rabies saat ini adalah Kepulauan Britania. Swedia, Selandia Baru, Jepang, Hawaii, Taiwan, Pulau pulau Pasifik dan beberapa negara Hinda Barat. Virus ini menginfeksi semua hewan berdarah panas dan manusia. Pada manusia gejala kahsnya adalah demam, perubahan tingkah laku, kecemasan, sulit tidur, sakit kepala, gelisah, kontraksi spamodik dari otot yang membengkak, sulit menelan (paralisis) kejang-kejang diikuti kelumpuhan (paralisis) dan kematian. Pada hewan dapat terjadi tidak hanya anjing, kucing tapi juga pada kelinci, marmut, hamster, kera, monyet dan lain-lain (semua hewan berdarah panas). Pada hewan gejalanya terdiri dari 2 bentuk yaitu pasif dan aktif. Keduanya dimulai dari tingkah laku yang abnormal, anoreksia diikuti agitasi dan agresi pada anjing. Hipersalivasi diakibatkan karena tidak adanya refleks menelan. Kejang, paralisis dan kematian. Bentuk pasif langsung paralisis, hipersalivasi dan mati. Waspadai bahwa semua hewan kesayangan anda mempunyai potensi menularkan rabies terutama pada daerah-daeah enzootik rabies dan belum dilakukan vaksinasi anti rabies.
Toxoplasmosis. Penyebab toksoplasmosis adalah parasit golongan protozoa yang bernama Toxoplasma gondii. Induk semang definitifnya adalah kucing, artinya pada tubuh kucing Toxoplasma dapat berbiak secara kawin dan non kawin. Dengan adanya perkawinan akan dihasilkan ooksita (suatu bentuk telur yang sangat kecil). Untuk dapat menginfeksi pada kucing atau hewan lain atau manusia, ookista harus mengalami sporulasi sehingga menjadi infekstif. Sumber penularan lain selain ookista infekstif adalah bahan pangan yang terkontaminasi ookista infektif serta daging atau telur yang mengandung tachizoid atau bradizoit (bentuk lain Toxoplasma).
Scabiosis. Penyebab penyakit ini adalah Sarcoptes scabei dengan penyakit yang sering disebut adalah kudisan. Penyakit ini seringkali menyerang pada hewan yang tidak terawat atau kotor. Pada tubuh hewan parasit ini akan masuk ke dalam lapisan kulit dan membuat semacam terowongan dan berkembang biak. Semua hewan dapat terserang scabiosis (anjing, kucing, kelinci, marmut, kambing, domba dan lain-lain). Penularan pada manusia, perkembangan parasit biasanya tidak sempurna ( tidak terjadi perkembangbiakan) dan kerusakan kulit yang parah. Lesi biasanya berupa ruam-ruam, gatal pada kulit.
Brucellosis. Bruselosis adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan demam yang berulang dan kronis pada manusia. Infeksi tersebut didapat melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau hasil susunya. Penyebab bruselosis adalah Brucella abortus pada sapi, Brucella canis pada anjing, Brucella melitensis dan Brucella ovis pada kambing dan domba, Brucella suis pada babi. Penularan diantara hewan  terjadi akibat perkawinan alami, kontak dengan janin yang terinfeksi dan cairan-cairan kelahiran. Infeksi pada manusia setelah minum susu yang tidak dipasteurisasi atau kontak langsung dengan bahan-bahan yang terinfeksi (darah, urine, cairan kelahiran, selaput fetus, cairan vagina). Pada manusia akan terjadi demam yang berfluktuasi, malaise, lemah, lelah, kaku, berkeringat, sakit kepala, sakit opunggung, sakit persendian, kehilangan berat badan dan gejala sistemik lainnya. Dapat juga terjadi pembesaran limfa, hepar dan limpa, bahakn endokarditis. Gejala lainnya termasuk depresi dapat disalahartikan sebagai neurosis dan dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun dengan sering berulang.
Filariasis. Suatu infeksi cacing gelang melalui nyamuk. Agen penyebab yang bersifat zoonosis adalah Brugei malay dan Dirofilaria immitis. B. malay ditemukan di Malaya dan Filipina. D. immitis ditemukan pada anjing di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa. Infeksi pada manusia telah dilaporkan dari Amerika Serikat dan sebagian kecil Kanada dan Australia. Reservoar B. malay adalah monyet dan kucing. Pada anjing yang dikenal adalah Dirofilaria immitis atau cacing jantung. Cacing ini dijumpai di bilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala tetapi infeksi yang kronis akan menyebabkan jantung tidak bekerja dengan baik disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia dapat terjadi demam berulang. Limfadenopati, lemfangitis dan abses. Pembesaran yang menyolok dari anggota gerak (elefentiasis) dan jarang terjadi hidrosel yang berkembang setelah bertahun-tahun. Tanpa adanya screening yang baik dan lalu lintas hewan kesayangan (import) yang sangat tinggi bukan tindak mungkin di Indonesia juga ada infeksi D. immitis.

h ttp://triakoso.blog.unair.ac.id/2008/05/26/penyakit-zoonosis-pada-hewan-kesayangan/

Penyakit Hewan Berbahaya


Penyakit Mulut dan Kuku (Food and Mouth Disease)
Etiologi
: Virus
Menyerang
: Ruminansia (sapi, kerbau, babi, kambing dan domba)
Kerugian
: Menurunnya berat badan, turunnya produksi susu
Di Indonesia
: Pada akhir abad 19 di Malang
Ciri-cirin
: Pembentukan lepuh, erosi selaput lendir mulut, kaki
Pencegahan
: Vaksinasi
Masa Inkubas
: 1-14 hari
Penularan
: Kontak langsung dengan hewan, ekresi dan sekresinya

Penyakit Ngorok
Etiologi
: Kuman Pasteurella
Menyerang
: Sapi, kerbau, babi
Kerugian
: Kematian tidak tinggi tetapi penurunan berat badan
Di Indonesia
: Pada tahun 1984 di Tangerang dan meluas kedaerah lain
Ciri-cirin
: gejala ngorok dan bengkakrahang bawah dan leher bagian bawah
Pencegahan
: Vaksinasi
Masa Inkubas
: 1-2 hari
Penularan
: Kontak hewan sehat dengan sakit melalui makanan, minuman dan barang tercecer

Penyakit Anhtrax (Radang Limpa)
Etiologi
: Bacillus Anthraxis
Menyerang
: Ternak/kuda, babi, kambing, domba, manusia rentan terhadap penyakit Anthrax
Mortalitas
: Kematian, kehilangan daging karena hewan harus dimusnahkan
Di Indonesia
: Tahun 1906
Pencegahan
: Pengobatan, apabila mati harus dikuburkan dan dilarang melakukan + Autopsi karena akan menyebarkan penyakit


Masa Inkubas
: 1-3 hari
Sifat Penyakit
: Zoonosis

Penyakit Kluron Menular (Brucellosis)
Etiologi
: Kuman Brucella Abortus
Menyerang
: Sapi, kambing, babi serta manusia
Mortalitas
: Kecil tetapi kerugian anak yang dilahirkan mati dari gangguan alat reproduksi yang

: menyebabkan majir
Di Indonesia
: Tahun 1927 di Denpasar
Pencegahan
: Pengobatan dan Vaksinasi pada sapi dara, sapi bunting dan jantan tidak perlu divaksinasi
Penularan
: Melalui saluran pencernaan, saluran kelamin, selaput lendir, kulit yang luka
Sifat Penyakit
: Zoonosis

Penyakit Rabies
Etiologi
: Virus
Menyerang
: Anjing, kucing, kera, kelelawar, manusia
Kerugian
: Kematian s/d 100%
Di Indonesia
: Beberapa propinsi di pulau Jawa
Pencegahan
: Vaksinasi
Masa Inkubasi
: 4-7 hari
Penularan
: Gigitan hewan yang telah terinfeksi rabies
Sifat penyakit
: Zoonosis

Penyakit Sapi Gila (Mad Cow)
Etiologi
: Prion (Proteinaceuous infectious particles)
Menyerang
: Ruminansia sapi, kerbau, babi, kambing dan domba
Kerugian
: Menurunnya berat badan, turunnya produksi susu
Di Indonesia
: Bebas Th 1980 di Eropa
Ciri-ciri
: Ketakutan, ambruk, kehilangan keseimbangan dan kordinasi, tremor
Pencegahan
: Pengawasan ketat pemasukan daging, bahan makanan dan pakan ternak
Masa Inkubasi
: 2,5 /d 8 Th
Sifat penyakit
: Zoonosis


Unggas
Penyakit Tetelo (Newcastle disease)
Etiologi
: Virus
Menyerang
: Unggas
Mortalitas
: s/d 100%
Di Indonesia
: Pada tahun 1926
Pencegahan
: Vaksinasi
Masa Inkubasi
: 2-15 hari, rata-rata 6 hari
Penularan
: Melalui alat pernafasan, 1-2 hari setelah infeksi/alat-alat kandang, burung/ayam, angin,

makanan, debu kandang

Penyakit Pullorum
Etiologi
: Kuman Salmonella pullarom
Menyerang
: Ayam segala umur
Mortalitas
: Untuk anak ayam umur di bawah 2 minggu = 85%
Di Indonesia
: Tahun 1961
Pencegahan
: Sanitaksi dan tatalaksana kandang dan sekitarnya yang bersih, pengobatan
Penularan
: Melalui alat pernafasan, 1-2 hari setelah infeksi/alat-alat kandang, burung/ayam, angin, makanan, debu kandang



Penyakit Avian Influenza (Ai)
Etiologi
: Virus Type H5N1
Menyerang
: Unggas
Mortalitas
: s/d 100%
Di Indonesia
: Tahun 2002
Pencegahan
: Vaksinasi, Sanitasi dan Tatalaksana kandang dan sekitarnya yang bersih,
Penularan
: Melalui alat pernafasan, 1-2 hari setelah infeksi/alat-alat kandang,burung/ayam, angin,

makanan, debu kandang, makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman lewat kotoran
Sifat Penyakit
: Zoonosis

Rinderpest (Sampar Sapi)
Etiologi
: Virus
Menyerang
: Ruminansia dan babi
Mortalitas
: s/d 100%
Di Indonesia
: Pada abad 19 dan dapat diberantas
Cara Penularan
: Kontak langsung sapi/hewan sakit dengan sapi yang lain via sekresa dan ekresa
Masa Inkubasi
: 1-2 hari
Angka Kematian
: 25-90% dimulai dengan diare berat/berdarah
Pencegahan
: Dilarang memasukkan sapi sakit kedaerah yang belum tertular dan stamping out

Tetanus
Etiologi
: Bakteri Clostiridium
Menyerang
: Kuda, babi dan domba, kejadian pada orang kecelakaan dan infeksi karena luka terdapat

diseluruh dunia terutama di negara-negara beriklim tropis
Mortalitas
: s/d 100%
Cara Penularan
: Infeksi pada luka yang tercemar kuman Clostiridium
Masa Inkubasi
: 1 – 3 Minggu
Angka Kematian
: 25-90% dimulai dengan diare berat/berdarah
Pencegahan
: Tetanus antitoksin, luka dibersihkan, dicuci dengan H202 terus diberi antibiotik

Tuberculosis (TBC)
Etiologi
: Bakteri Mycobacterium Tuberkulosis
Menyerang
: Mamalia dan bersifat zoonosis (sapi perah) pada susu
Di Indonesia
: Tidak begitu menonjol dan kerugian pada ternak, kehilangan berat badan dan pengafkiran

bagian-bagian daging yang terserang
Cara Penularan
: Lewat pernafasan dan pencernaan
Pencegahan
: Vaksinasi BCG (Bacillus of Calmette and Guerin)
http://www.bkppontianak.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81&Itemid=81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar