Parasit (berdasarkan
arti katanya, bhs Yunani) merupakan semua organism yang hidup menumpang pada
organism lain (host/inang) untuk mendapat tempat hidup dan memenuhi kebutuhan
nutriennya dengan mengambil nutrient inang.
Dengan
definisi tersebut, yang dimaksud parasit (secara luas) mencakup semua agen
infeksius meliputi: virus, bakteri, jamur, protozoa, dan helminthes (cacing).
Namun,
praktisnya, saat ini bidang yang menelaah agen-agen infeksius terbagi atas
mikrobiologi (bakteri, virus, jamur) dan parasitologi (protozoa, helminthes)
JENIS-JENIS
HEWAN PARASIT
Phylum hewan
parasit:
1. Protozoa
2. Annelida gelang
3. Nemathelminthes
4. Platyhelmynthes
5. Arthropoda
Parasit:
- Endoparasit
- Ektoparasit
Penyakit
yang disebabkan parasit:
- Penyakit Surra (terutama pada kuda)
- Penyakit Trichomonas (pada sapi)
- Nematodosis Alat Pencernaan pada ternak Ruminansia
- Trichinosis
- Anaplasmosis
- Cysticercosis
- Fasciolosis
- Babesisosis
- Theileriosis
- Kudis Menular (Skabies)
- Kaskado
- Miasis (Belatungan)
- Leucocytozoonosis pada unggas
- Koksidiosis pada unggas
- Heartwater (tidak ditemukan di Indonesia)
Trichomoniasis
à sapi
Bovine
trichomoniasis, Bovine genital trichomoniasis,
Bovine
trichomonad abortion
Pendahuluan
Penyakit
kelamin dengan ciri khas turunnya daya reproduksi (infertility), rahim bernanah
(pyometra) dan abortus pada kebuntingan dini
Etiologi
Protozoa
berflagel :
Trichomonas
foetus
Sinonim:
T.
uterovaginalis, T. bovis, T. genitalis, T. bovinus, T. Mazzanti
Epizootologi
- Kejadian di Indonesia
Ditemukan
pertama oleh Mansjoer tahun 1967 di Lembang
Kerugian
à turunnya daya
reproduksi, keguguran (abortus) pada kebuntingan usia muda
2. Hewan
Rentan
T.
Foetus menyerang sapi
Lebih
dari 90% sapi betina yang rentan dapat terinfeksi bila dikawini pejantan yang
sakit
3. Cara
Penularan
Melalui
perkawinan atau melalui Inseminasi Buata
Pengenalan
Penyakit
- Gejala Klinis
Sukar
ditentukan karena kurang jelas dan spesifik à baru
diketahui apabila menyebar ke kawanan ternak dan timbulnya masalah fertilitas
Gejala
pada sapi betina:
- 5-20%
sapi betina dengan daya tahan tinggi à tidak
tertular
- sapi
betina yang rentan tertular à 90%
terinfeksi
-
infertilitas
-
Keguguran 1-16
mgg masa kebuntingan
-
0-10% à pyometra
Gejala
pada sapi jantan:
Menahunà tidak terlihat
gejala yang khas
Radang
pada scrotum dan penis
Cairan
dari alat kelamin
Sekali
terinfeksi akan mengandung parasit tsb seumur hidup
Diagnosa:
Membuktikan
adanya Trichomonas foetus pada sapi
Sapi
jantan à mengambil cairan
dari alat kelamin
Sapi
betina à cairan dari alat
kelamin
Diperiksa
untuk melihat adanya T. foetus;
-
dengan
mikroskop melalui sediaan natif atau pewarnaan Giemsa
-
Pemupukan
-
Diagnosa
banding
Tindakan-Tindakan
- Administrasi à laporkan ke Kepala Dinas Peternakan
- Pencegahan, dengan memeriksa asal usul, fertilitas sapi yang akan masuk. Bila ada sapi jantan yang sakit sebaiknya dipotong
Pengobatan
Dibersihkan
dan diobati
Nematodosis
Alat Pencernaan
Pada
Ternak Ruminansia
Pendahuluan
Nematodosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh nematoda atau cacing gilik.
Cacing
ini à merampas sari
makanan, menghisap carah/cairan tubuh atau makan jaringan tubuh
Tidak
menyebabkan kematian langsung
Penurunan
BB
Hambatan
pertumbuhan pada hewan muda
Etiologi:
Tidak
kurang 50 jenis spesies al:
- Cacing gelang (ascaris vitulorum)
- Cacing bungkul (oesphagostomum spp)
- Cacing kait (Agriostomum spp, Bunostomum spp)
- Cacing lambung ( Haemonchus spp, Micistocirrus spp)
- Cacing rambut (Trichostrongylus spp, Cooperia spp, Ostertagia spp, Nematodirus spp)
Epizootologi
Kejadian di Indonesia
Tersebar di seluruh daerah Indonesia
Hewan Rentan
Sapi, kerbau, kambing dan domba
Cara Penularan
Penularan ascariasis terjadi apabila
telur-telur yang infektif tertelan atau bisa melalui kolostrum
Pada cacing lainnya à
infestasi terjadi dengan menelan larva infektif atau larva menembus kulit: Bunostomum
sp
Pengambilan
dan pengiriman bahan pemeriksaan
Tinja à dari rektum atau
yang belum lama keluar à
langsung diperiksa
Tidak
langsung diperiksa à
diawetkan dengan formalin 10% atau fenol gliserin (fenol: gliserin : air = 1 :
5 : 94)
Diagnosa
Laboratorium
- Metode natif
- Metode apung (NaCl jenuh)
- Metode Mc Master dari Godon dan Withlock
Diagnosa
Banding
Bottlejaw
(Haemonchosis) sering keliru dgn Distomatosis
Anemia,
hidremia dsb à keliru dengan
penyakit kekurangan makan
Diare à keliru dengan
Coccidiosis dan penyakit diare lainnya
Tindakan
Administrasi
Gejala-gejala
penyakit oleh cacing gastrointestinal dicatat dan dilaporkan secara kontinyu à kurus, diare,
hambatan pertumbuhan, musim terjadinya, keadaan pemberian makanan, managemen,
rumpun dan jenis kelamin
Pengendalian
dan pemberantasan
-
Pemberian ransum yang baik
-
Pemisahan ternak muda dan dewasa
-
Menghindarkan tempat yang selalu becek
-
Sanitasi kandang
-
Hindari kepadatan populasi (overstoching)
-
Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan reguler
Pengobatan
à Obat
cacing
Perlakuan
Pemotongan Hewan dan Daging
Dapat
dipotong dan dagingnya dapat dimakan
Trichinosis
Trchinosis
à penyakit yang
disebabkan oleh larva
cacing Trichinella
spiralis
Hidup
dalam usus mamalia dan larvanya dalam jaringan otot hospes yang sama
Cacing
dewasa à Iritasi dinding
usus
Infeksi
berat akibat adanya infestasi di otot à
misalnya kematian akibat kelumpuhan otot respirasi dll.
Cysticercosis
Beberasan;
Barrasan: Manisan
Pendahuluan
Penyakit
parasiter yang disebabkan oleh Cysticercus
Merupakan
stadium larva (fase metacestoda) dari cacing pita
Stadium
larva dari Taenia soleum pada babi à Cysticercus
cellulosae
Stadium
larva dari T. saginata pada sapi à Cysticercus
bovis or C. innermis
Adanya
cysticercus pada jaringan à
degenerasi jaringan/sel-sel sekitar
Jumlah
kista banyak à
sebagian 0r seluruh karkas dimusnah
Etiologi
Penyebab
Cysticercus
berbentuk gelembung bulat atau oval dengan satu kepala atau scolex menonjol ke
dalam gelembung
Gelembung
muda à tipis, gelembung
tua à dinding tebal
membentuk kista
Epizootologi
Kejadian
di Indonesia
Cysticercus
pertama kali à Le Coultre pada
babi di Bali (1920)
Hewan
Rentan
C.
cellulosae à babi
C. bovis à sapi
Cara
Penularan
- Pada Hewan
Cacing dewasa pada manusia (T.
soleum dan T. saginata) à hidup
di usus à keluar melelui
tinja à tercemar di
lingkungan à hewan
b. Pada
Manusia
Masuk ke manusia melalui tangan yang
tercemar à kista terdapat
pada otak, otot-otot paha, jantung, hati, paru-paru, mata
Pengenalan
Penyakit
Gejala
Klinik
Tidak
terlalu nyata
Cysticercosis
pada otak anjing à gejala
seperti rabies
Pada
manusia à nyeri otot,
epilepsi dll
Diagnosa
Menemukan
parasitnya
Tindakan
Administrasi
Petugas
RPH melapor pada atasan atau instansi yang berwewenang
Pencegahan
Manusia
terinfeksi karena makan makanan mentah/setengah matang atau babi terinfeksi
karena makan tinja manusia yang terinfeksi. Pencegahan:
-
Sanitasi dan higiene
-
Pemeriksaan daging secara ketat
-
Penyuluhan ttg higiene
Pengobatan
Obat
cacing pada cacing dewasa
Tidak
ada obat untuk cysticercus
Perlakuan
Pemotongan Hewan dan Daging
Infestasi
merata à semua karkas
dibuang
Infestasi
lokal à karkas boleh
dikonsumsi setelah melalui pendinginan -10°C selama minimal 6 hari atau dimasak
Fasciolosis
Diastomosis,
cacing hati
Pendahuluan
Penyakit
yang disebabkan oleh Fasciola hepatica dan F. gigantica
F.
gigantica à asli dari
Indonesia
F.
hepatica à datang bersama
dengan sapi impor dari luar negeri
Fasciolosis
pada sapi dan kerbau à kronik,
pada domba dan kambing à akut
Kerugian:
- Penurunan BB
- Pertumbuhan terhambat
- Hati terbuang
- Kematian
Etiologi
F. Gigantica dan F.
hepatica à tinggal dalam
saluran empedu
Sifat-sifat
Fasciola
makan jaringan hati dan darah
à Jumlah
banyak à Ikterus
à Pengapuran selaput lendir à batu empedu
Epizootologi
Kejadian di Indonesia
Dilaporkan oleh Van Velzen di
Tangerang (1890) à sekarang
tersebar di seluruh Indonesiasesuai penyebaran siput Limnea yang menjadi induk
semangnya.
Hewan Rentan
Sapi, kerbau, domba dan kambing
(ruminansia lain)
Dapat juga menyerang babi, anjing,
kucing dan kuda
Hewan muda lebih rentan
Cara Penularan
Daur hidup à
memerlukan induk semang: siput Limnea rubigenosa = L. javanica
Pengenalan
Penyakit
Gejala
Klinik
Sapi:
Akut à gangguan
pencernaan: konstipasi, mencret
kurus, lemah dan anemia
Kronik à penurunan
produktivitas dan pertumbuhan terhambat
Kambing
dan domba:
Akut à mati mendadak,
darah menetes dari hidung dan anus
Kronik à gerakan lambat,
nafsu makan turun, selaput lendir pucat, bottlejaw
Pengambilan
sampel
Pemeriksaan
tinja
Diagnosa
Pemeriksaan
tinja
Perhitungan
jumlah telur dari tiap gram tinja (metode Whitlock)
Menemukan
metakarsia dari contoh rumput
Tindakan
Administrasi
• Pemeriksaan
hati ternak potong (di RPH dll)
• Mencatat
dan melaporkan hasilnya secara teratur
Pencegahan
- Memotong siklus hidup dengan mollusida
- Memberantas siput secara biologis dengan pemeliharaan itik
- Rotasi lapangan rumput
- Memperbaiki sistem pengairan
Pengendalian
Pengobatan
tiga kali setahun
BABESIOSIS
Red Water, Texas Fever
Red Water, Texas Fever
Pendahuluan
Penyakit
hewan menular bersifat akut hingga menahun.
Gejala:
demam, anemia, ikterus, hemoglobinuria
Penyebab
à Babesia yang
ditularkan memalui caplak
Menginfeksi
sapi, kuda, kerbau, anjing serta domba, kambing, kucing dan hewan liar
Kematian
80-90% ternak dewasa yang tidak diobati
Etiologi
B.
bigemina, B. argentina, B. divergens
Berada
dalam eritrosit berbentuk bulat, piriform, oval atau tdk teratur
Sifat-sifat
Babesia
berkembang biak di eritrosit dengan pembelahan menjadi 2 (binary fusion)
Kekebalan
Anak-anak
sapi di daerah endemik mempunyai kekebalan sejak dilahirkan
Kepekaan
terhadap infeksi bertambah menurut umur
Epizootology
Kejadian
di Indonesia
Ditemukan
pertama pada kerbau thn 1806 di Tegal, Sapi di Sumatera thn 1906
Hewan
Rentan
Sapi,
kerbau, domba, kambing, babi, kuda, anjing, kucing
Sapi
Eropa (Bos taurus) lebih rentan
Penularan
Melalui
caplak
Pengenalan
penyakit
Gejala
Klinik
Inkubasi
1-3 mgg
Panas
tinggi, selaput lendir pucat, pernafasan cepat dan sesak, dapat terjadi gejala
syaraf
Terjadi
diare, konstipasi
Kurus à kematian
Pengambilan
dan pengiriman bahan pemeriksaan
- Natif, darah dengan antikoagulan
- Preparat ulas darah
- Preparat sentuh dari bagian organ yang dicurigai
Tindakan
Melaporkan
ke instansi yang berwewenang
Menutup/membatasi
lalu lintas ternak
Theileriosis
Tzaneen
disease, turning sickness
Pendahuluan
Penyakit
hewan menular disebabkan ole Theileria sp yang ditularkan oleh caplak
Etiologi
T.
Mutans
Sifat-sifat
Berkembang
dalam limfosit
Kekebalan
Anak
sapi dari daerah endemik à
kekebalan tinggi
Epizootologi
Kejadian
di Indonesia
T.
Mutans ditemukan thn 1012 di Jawa
Hewan
Rentan
Sapi,
kerbau, biri-biri
Cara
penularan
Melalui
caplak
Pengenalan
Penyakit
Gejala
Klinik
Tidak
terlihat gejala klinis
Demam
ringan, anemia, bengkak kelenjar limfe
Pengambilan
sampel
Preparat
ulas
KASKADO
Stephanofilariasis
Pendahuluan
Penyakit
kulit yang disebabkan oleh cacing filaria, menyerang terutama sapi
Etiologi
Disebabkan
oleh sejenis cacing:
Stephanofilaria
dedoesi dan S. kaeli
S.
Dedoesi menyebabkan kaskado à
terdapat di Sulawesi dan Kalimantan, menyerang berbagai bagian badan
S. Kaeli
à menyerang kaki dan
ambing
Epizootiologi
Kejadian
di Indonesia
Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Lampung, Jambi, Riau, Sumatera Utara,
Aceh dan beberapa tempat di Sumatera
Hewan
Rentan
Sapi, di
Sulawesi ditemukan pada kerbau
Cara
Penularan
Melalui
vektor: Musca sp. Stomoxys dan Hematobia
Luka-luka
pada kulit à lalat datang
sebagai vektor à mikrofilaria
cacing pindah ke luka à cacing
dewasa à radang pada
lapisan kulit di sekitarnya
Tindakan
Administrasi
Laporkan
pada Dinas Peternakan setempat
Hewan
sakit diisolasi dan diobati
Tidak
boleh ada perpindahan hewan dari daerah yang terkena penyakit
Pencegahan
Pemberantasan
lalat
Pengobatan
Diabati
dengan salep pada daerah luka
Perlakuan
Pemotongan Hewan dan Daging
Dapat
dipotong dan dagingnya dapat dikonsumsi àsetelah
bagian luka dibuang
Kulit
dapat diolah menjadi makanan setelah luka-luka dibersihkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar